Senin, 24 September 2007

Rancang Bangun Pendidikan Multikultural di Indonesia

Oleh : Moh Fauzi Ibrahim

Salah satu persyaratan terbentuknya Negara yang damai dan demokratis, adalah menghargai dan mengamini adanya keanekaragaman (Pluralitas) masyarakat dan bangsa. Namun memang sulit untuk memahami konsep multikulturalisme dan pluralisme itu kedalam kehidupan masyarakat sehari-hari. sehingga tidak jarang pemahaman tentang konsep multikulturalisme dan pluralisme akan menjadi sebuah ancaman besar bagi kehidupan ummat. Hal itu berjalan seperti yang diungkapakan oleh Samuel Hantington dalam Clash of Civilization, bahwa proses kontemporer modernisasi globalisasi secara aktif menyumbang pada berkembangnya masalah-masalah etnisitas yang dikaitkan dengan kemunculan kembali persoalan komunitarian secara signivikan.
Negara indonesi merupakan bangsa yang paling majemuk (Plural), terbentang pulau-pulau dari sabang sampai Merauke, keanekaragaman suku, bahasa, ras, budaya, dan agama telah menjadi ciri khas dan identitas sejak bagsa ini berdiri. hal itulah yang telah disadari oleh Fonding father negeri ini, sehingga mereka merumuskan konsep pluralisme dan multikulturalisme dengan semboyan “Bhinneka Tunggal Ika”. Dalam upaya menyatukan bangsa yang plural ini, memang dibutuhkan perjalanan waktu yang cukup panjang dan penuh perjuangan. Dan tentunya beberapa bentuk konflik dan konsensusnya akan mewarnai upaya mewujudkan bangsa yang damai, tentram dan demokratis. Dan itu karena masyarakat akan terus berubah sesuai dengan kodratnya sebagai mahluk evolusioner yang sarat dengan kepentingan hidup yang berbeda-beda.
Beberapa konflik dan kekerasan telah mewarnai perjalanan negeri ini, dan itu semua muncul akibat adanya rasa sentimen dan egoisme agama, etnis, ras, suku dan golongan tertentu dalam mengklaim kebenarannya terhadap golongan lain. Seperti yang kita ketahui Poso, Ambon, Aceh, Sampit, Mataram, Kupang dan masih banyak daerah lainnya, telah menjadi contoh kasus tragedi kemanusiaan yang sebenarnya merupakan pantulan dari instrumentasi politik melalui etnisitas, agama, dan asal daerah. Potensi konflik di daerah rawan konflik tersebut, dikarenakan telah terkikisnya sikap toleransi dan solidaritas antar sesama dalam menyikapi perbedaan itu. Maka untuk tidak berkembang konflik yang lebih besar, perlu kita menanamkan pentingnya memahami dan menghargai perbedaan itu. Karena keanekaragaman dan perbedaan merupakan kodrat dari sang pencipta alam.
Pendidikan Multikultural merupakan salah satu langkah strategis untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat Indonesia, terutama generasi muda. Agar mereka labih memahami dan mampu mengejawantahkan wacana Multikultural bukan hanya sekedar wacana., tetapi mampu diimplementasikan dalam bentuk interaksi kehidupan sosisal sehari-hari. Oleh karena itu pendidikan multikultural sangat penting kita galakkan sejak dini di negeri ini. Dan tentunya penanaman terhadap paham multikulturalisme dan pluralisme itu memang seharusnya dimulai dari lembaga-lembaga pendidikan. Karena pendidikan multikultural merupakan langakah untuk menanggulangi desintegarasi bangsa yang disebabkan oleh konflik perbedaan. Dengan demikian potensi konflik yang sampai saat ini dipicu oleh perbedaaan agama, ras, suku, dan golongan tertentu, akan mampu diminimalisir dengan cepat dan sistematis oleh bangsa ini.
Pendidikan yang berwawasan multikultural sampai saat ini hanya sebatas teori yang digembor-gemborkan diatas permukaan wacana saja. Walaupun sudah banyak sebagian dari para kaum pluralis yang memberikan fatwa kepada masyarakat tentang pentingnya menghargai dan mengamini pluralisme dan multikulturallisme di negeri ini. Namun implementasi dalam interaksi kehidupan sehari-hari masih jauh dari yang diharapkan. Maka pendidikan yang berwawasan multicultural itu harus dibangun mulai dari bangku pendidikan, dan tentunya untuk memahami konsep multikulturalisme itu sendiri, kita harus menanamkan nilai-nilai toleransi dan solidaritas yang tinggi kepada masyarakat, terutama para akademisi yang masih berada di dunia pendidikan.
Seperti yang banyak kita lihat di media-media informasi, sejumlah tauran dan kekerasan antar pelajar dan mahasiswa sering terjadi, sehingga terkesan, premanisasi bukan hanya terdapat di jalanan. akan tetapi juga muncul dikalangan masyarakat terpelajar. Pemicu konflik antar pelajar dan mahasiswa itu, dikarenakan perbedaan kepentingan yang tidak bisa diselesaikan secara kekeluargaan. Dan akhirnya wujud konflik dalam bentuk bentrokan dan kekerasan untuk menentukan siapa yang benar dan yang kuat tidak bisa dihindari lagi. Itulah akibatnya bila pemahaman konsep multicultural dan pluralisme hanya sebatas teori balaka. Padahal masyarakat menaruh harapan besar kepada calon-calon pejuang muda negeri ini, untuk menjunjung nilai-nilai kerukunan dan kekeluargaan.
Pemupukan sikap toleransi dan solidaritas antar sesama masyarakat akan menciptakan semangat pemahaman multikulturalisme dan pluralisme yang tinggi. Salah satu mediator yang sangat efektif mendapatkan respon dari semua kalangan adalah media pendidikan. Oleh karena itu pengelolaaan pendidikan yang mengandung nilai-nilai multikulturalisme dan pluralisme harus benar-benar di wujudkan. karena entry point dari pendidikan Multikultural terletak pada pemahaman dan upaya untuk hidup dalam konteks perbedaan, baik secara individu maupun kelompok. Dari modal pemahaman itu, generasi muda bangsa yang duduk di bangku pendidikan akan mampu merubah arah mata angin perjalanan bangsa ini. Kekacauan dan keributan yang ditimbulkan oleh aksi kekerasan dan konflik antar golongan di negeri ini, akan sirna. Begitu pula aksi teroris yang mengatas namakan agama tertentu, bisa dibersihkan dari bumi pertiwi ini.
Hal yang perlu diprioritaskan oleh pemerintah Indonesia dalam menyikapi kurangnya pemehaman terhadap konsep multikuturalisme dan pluralisme dalam kehidupan sehari-hari, adalah bagaimana sistem pengajaran dan materi dalam pendidikan mampu mewujudkan pemahaman itu. Yang pastinya, pemerintah dalam upaya membuat kebijakan tidak dipolitisir demi kepentingan suatu kelompok tertentu. Karena itu akan membuat pendidikan Indonesia lebih terpuruk kejurang yang lebih dalam. Semangat Kebangsaaan (Nasionalisme), kedamaian serta ketentraman yang menjadi idaman semua masyarakat Indonesia tidak hanya bersifat insidental, seperti yang diungkapkan oleh Emha Ainun Nadjib (Ca’ Nun), bahwa semangat kebersamaan hanya muncul ketika negeri ini terkena musibah dan bencana alam. Semoga dengan peran pemerintah yang lebih tinggi terhadap pendidikan, akan membawa negeri ini ke arah yang lebih damai dan demokratis.

Penulis adalah Mahasiswa Manajemen Pendidikan FITK UIN Syarif Hidayatullah Dan aktivis Komunitas Penulis Cultura Ciputat

Tidak ada komentar: