Selasa, 25 September 2007

Pencitraan Terhadap Perguruan Tinggi Islam

Oleh : Moh Fauzi Ibrahim

Judul Buku : Hegemoni Kristen – Barat
Dalam Studi Islam Di Perguruan Tinggi
Penulis : Adian Husaini
Penerbit : Gema Insani, Depok
Cetakan : I. Februari 2006
Tebal : XVIII + 298 Halaman

Seorang tokoh cendikiawan muslim Prof. Dr. HM. Rasjidi pernah mengingatkan betapa besar bahaya penggunaan metode orientalis dalam proses pelaksanaan studi Islam di perguruan Tinggi Islam. Karena dinilai metode orientalis akan mengikis otentisitas keilmuan islam yang selama ini dipertahankan.
Melihat perkembanagn perguruan tinggi Islam di Indonesia saat ini, ternyata perkataan dan Peringatan HM. Rasjidi terbuktikan oleh sejarah. Mungkin kita ingat peristiwa yang menghebohkan islam di Indonesia tepatnya tahun 2004, di IAIN Sunan Gunung Djati Bandung mengeluarkan sebuah teriakan “Selamat bergabung di Area bebas Tuhan”. Begitu pula munculnya berbagai bentuk wacana kritik yang dekonstruktif dari kalangan akademisi IAIN/UIN terhadap khazanah tradisi islam. Seperti misalnya di IAIN Semarang yang memunculkan wacana legalisasi perkawinan Homoseksual. serta masih banyak lagi wacana – wacana menghebohkan lainnya.
Buku “Hegemoni Kristen-Barat; Dalam Studi Islam di Perguruan Tinggi” karya Adian Husaini ini merupakan buku yang mencoba untuk memeberikan taushiyah kepada kita, khususnya para akademisi Muslim di perguruan tinggi. Bahwa saat ini banyak terdapat tantangan keilmuan Islam yang selama ini banyak dirumuskan oleh para kaum orientalis barat. dan masalah ini juga telah dijelaskan oleh penulis dalam buku sebelumnya yang mendapatkan penghargaan buku terbaik non-fiksi di Arena Islamic Book Fair ke 5 yang berjudul “Wajah Peradaban Barat; dari Hegemoni Kristen Ke Dominasi Sekular Liberal”
Dari beberapa perguruan tinggi islam di Indonesia saat ini, telah banyak melahirkan wacana keislaman yang terlalu jauh membawa islam kepada dunia sekuler dan destruktif. Hal ini terjadi karena banyak saat ini perguruan tinggi menggunakan metode yang di munculkan oleh kaum Orientalis barat. tanpa mengkritisi dengan cermat, mana yang positif dan yang negatif dan dekonstruktif terhadap keilmuan islam.
Kerancuan yang sering terjadi terdapat pada tataran terminologis. Seperti terminologis antara inklusif dan pluralis dalam teologi yang berdampak pada perkembangan konsep-konsep pemikiran Islam (h.120)
Adian Husaini dalam buku ini,memberikan pandangan bahwa sebagai masyarakat global, IAIN/UIN memang tidak mungkin menutup diri dari perkembangan keilmuan Islam dan keilmuan agama dari manapun juga, khususnya yang disumbangkan oleh para orientalis di barat. Namun studi-studi agama yang berkembang di barat perlu dikaji dengan cermat dan kritis. (h. 122)
Akibat dari sikap perguruan tinggi yang masih banyak menggunakan metode yang dimunculkan oleh para kaum orientalis barat dalam studi islam, tanpa mengkaji dan menganalisisnya dengan cermat. Banyak para dosen dan segenap civitas akademika salah dalam memahami konsep barat tersebut. Sehingga tidak jarang pemahaman terhadap Islam yang mereka munculkan tidak sejalan dengan irama nafas islam yang sebenarnya.
Hal ini membuat citra Perguruan tingggi yang berlabel Islam, terutama IAIN/UIN menjadi buruk. Pencitraan itu diperparah dengan terbitnya sebuah buku yang menjustifikasi IAIN/UIN sebagai sarang orang–orang yang murtad. Yaitu buku karangan Hartono Ahmad Jaiz “Ada Pemurtadan di IAIN”. Dan saat itulah IAIN dianggap sebagai perguruan tinggi Islam yang mencetak dan mengembangkan pemikiran kaum sekuler.
Dari sini, Penulis menjelaskan, bahwa saat ini umat Islam Indonesia sedang menghadapi tiga tantangan besar yang ditimpakan peradaban Barat terhadap Islam. Yaitu; kristenisasi, Orientalisme dan imperialisme modern. Dan hal ini telah memasuki kampus-kampus yang berlebel Islam. Sehingga banyak perguruan tinggi Islam mengadopsi konsep, istilah dan metodologi barat dalam studi Islam.
Oleh karena itu dalam buku ini penulis menjelaskan agar supaya cara atau metodologi untuk mempelajari Islam sangat penting untuk ditelaah kembali. Dengan demikian mudah-mudahan kampus IAIN/UIN/STAIN/PTAIS tidak menjadi satelit atau agen pengembangan paham neoliberalisme di bidang agama yang sekarang sedang gencar-gencarnya diperbincangkan.

Penulis Adalah Presiden BEM Manajemen Pendidikan UIN Jakarta

Tidak ada komentar: